Pengikut

Kamis, 02 Maret 2017

Perkebunan Sawit Mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja



Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja buruh perkebunan dirasakan tidak memadai. Penggunaan bahan beracun dan berbahaya dalam proses produksi, lemahnya penegakan hukum dan kurangnya pengawasan, serta minimnya perlindungan terhadap keselamatan kerja berlangsung tanpa ada terobosan yang berarti didalam memperbaiki kondisi kerja bagi buruh. Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit adalah tertimpa pelepah dan buah, terkena tetesan gromoxone, glifosat dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata rabun atau buta bagi penyemprot. 

Nur (38 tahun), buruh perempuan pemupuk di perkebunan sawit di kabupaten Seruyan mengatakan perusahaan melengkapi buruh dengan alat kerja dan alat pelindung diri. “Saya sudah 12 tahun bekerja disini, kemarin bekerja 3 bulan, habis itu diangkat jadi KHT. Tapi saya terdaftar di jamsostek baru tahun 2006. Pekerjaan saya bermacam-macam, kadang disuruh mupuk, dongkel anak sawit, sekarang saya deteksi. Waktu mupuk, target kerja saya itu 3 hektar, pernah saya ngabiskan 25 goni sehari”, kata Nur.

“Saya pindah kerja ke bagian deteksi jamur karena paru-paru saya bolong kena racun”, ujar Nur. “Gak tahu juga sih kenapa, mungkin kena racun pupuk itu. Memang waktu kerja dikasi masker, baju, sarung tangan, tapi hari-hari kita kan megang pupuk terus”, katanya. “Perusahaan tidak pernah  periksa kesehatan kami”, ujarnya menambahkan.


Di salah satu perkebunan sawit di kecamatan Parenggean, Kotim, 3 orang buruh perempuan penyemprot terkena percikan Gramoxone. Po dan Ida, buruh penyemprot di perkebunan tersebut mengaku terkena cairan sewaktu menuang Gramoxone ke Kap (alat semprot). Cairan beracun tersebut mengenai matanya dan akibatnya kedua korban mengalami sakit di bagian mata dan harus dirawat di RS Dr Murjani Sampit. Jos, buruh perempuan penyemprot lainnya mengakui terkena percikan Gramoxone dari Kap di punggungnya. “Waktu dia melewati titi parit gajah, dia terpeleset, jatuh, punggung dan matanya terkena percikan racun itu”, demikian menurut suami korban.



Dari berbagai sumber informasi yang dihimpun, perusahaan baru melaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap buruh pada Januari 2015. Hasil dari pemeriksaan tersebut, menurut buruh tidak pernah disampaikan kepada buruh yang bersangkutan. “Untuk apa kami diperiksa, kalau hasilnya tak diberikan kepada kami. Alat pelindung diri yang dikasi perusahaan rasanya tidak layak”, ujar salah seorang mandor di perusahaan tersebut. 




Di Berau Kalimantan Timur, salah satu perkebunan sawit asal Malaysia hanya menyediakan satu klinik melayani lebih kurang 600 orang buruh. Tidak mudah bagi buruh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak karena harus berurusan dengan birokrasi perkebunan. Selain itu, buruh yang mengurus izin tidak bekerja karena sakit sering dipersulit oleh manajemen perusahaan. Buruh yang sudah mengantongi rekomendasi agar tidak bekerja dari klinik perusahaan, seringkali harus bekerja karena manajemen (Asisten) tidak memberikan izin. 

“Kalau sakit, harus ada surat dari kantor. Kalau surat itu tak ada, tak bisa diperiksa sama mantri di klinik”, kata Mr, buruh perintis di perkebunan tersebut. “Kalau sakit biasanya pergi ke klinik lalu dikasih obat tapi setelah ke klinik disuruh kembali kerja tanpa diperbolehkan untuk istirahat. Kalau sakit parah seperti “mau mati” baru diperbolehkan untuk izin meninggalkan kerja” tambahnya.
 
Di perkebunan ini juga, terdapat 7 orang buruh perempuan mengalami kecelakaan kerja (jatuh dari truk pengangkut sawit yang dijadikan sarana transportasi buruh). “Kalau naik dikasi tangga memang, tapi kalau turun baru pakai loncat”, ujar seorang buruh perempuan di perkebunan tersebut. Buruh perempuan tersebut mengaku beberapa kali pernah terjatuh saat menaiki bak truk. Akibatnya ia mengalami luka-luka ringan. Ia juga pernah terkilir akibat jatuh saat turun dari truk.




Tidak ada komentar: